Selasa, 04 Oktober 2011

Aromanya Seperti Cinta

Suasana dan aroma tertentu memiliki "power" untuk membawa kita menuju ke ruang dan waktu saat kita merasa nyaman dan benar-benar di rumah. Saat itu yang terlintas di otakku adalah sebuah teko tua dan cangkir terbaikku. Di dunia ini semunya terlihat "fana", meskipun manusia selalu mencoba untuk terlihat nyaman. Hal itu juga terjadi di rumahku yang segala sesuatunya tidak selalu berjalan sempurna. Saat duduk di Sekolah Dasar hampir tiap malam sebelum aku tidur terjadi perdebatan dan itu selalu membuatku merasa ketakutan.

Orang tuaku terjaga begitu pagi, terkadang aku melihat gelap sebelum fajar terbangun dari rangjang tua dan mendengar mereka berdua menyiapkan segala sesuatu untuk hari ini. Aku tak peduli tentang itu semua, masih saja aku berbaring di tempat tidur, merasa sangat malas dan begitu hangat pagi itu. Pagi itu seluruh dunia tampak sunyi, aku hanya mendengar suara peringatan air dalam teko sudah mendidih bersahutan dengan suara pintu lemari dapur dan mamaku adalah selalu membuat suara itu tiap pagi.

Aku tahu mamaku sedang menyiapkan kopi di dapur. Suara merdu seakan memenuhi semua lorong rumah ini dan ketika air mendidih mengalir ke dalam cangkir kopi adalah musik terbaik bagi telingaku ketika dunia terasa hening. Aku berbaring selama mungkin sebelum fajar mengubah semuanya. Saat itu aku menyerap sebuah energi begitui kuat. Aku merasakan aroma kehangatan cinta dan kasih sayang, aku menyentuh angin gunung dan aku melihat keamanan serta cinta begitu dekat dengan mataku. Kemudian aku mendengar suara langkah kaki tua menuju pintu kamarku dan ternyata itu adalah mamaku. Dengan luwes mamaku membuka pintu kamar kayuku dan berbisik di telinga kiriku bahwa sudah saatnya menghirup udara pagi serta memulai hari. Dalam hati aku berharap tidak ada perdebatan di pagi ini. Semuanya menjadi kenyataan, duniaku utuh kembali.

Kopiku sudah siap di meja makan tua, jujur saja cangkir kopi pertama yang aku teguk di pagi itu memberikan energi yang lebih dari sekedar rasanya khas. Kedua orang tuaku terlihat mendesah ketika tegukan pertama. Aku berusaha untuk memecah keheningan pagi itu, aku bertanya pada kedua orang tuaku : "Ma, kapan cangkirku sama besar seperti kalian berdua?" Jawabanya selalu sama "Kau masih terlalu muda untuk memahaminya". Dengan mantap bapakku berkata "suatu hari nanti kau akan menemukan cangkirmu sendiri". Suasana terlihat begitu kaku, tapi kopi selalu punya cara untuk menyatukan kami...

***Kopi bisa membuatku santai tapi serius sekaligus filosofis....hehehehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar